FILM FIKSI ILMIAH

  • FILM KOLOSAL

Selasa, 12 April 2011

AL-QUR'AN

AL-QUR’AN

                  Al-Qur’an adalah kalam Alloh (verbum dei) yang diwahyukan kepada N. Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril.Al-Qur’an merupakan kata benda dari kata  kerja qara’a “membaca”, dengan demikian Al-Qur’an bermakna “bacaan” atau “yang dibaca” (maqru’). Namun dalam manuskrip Al-Qur’an yang beraksara kufi tertulis tanpa menggunakan hamzah sehingga kata ini diturunkan dari kata qarana artinya “mengumpulkan” dengan demikian al-Qur’an berarti “kumpulan” atau “gabungan”. Penghilangan hamzah merupakan karakteristik dialek Mekah atau Hedjaz dan ciri khas dalam tulisan kufi yang awal. Disamping itu, kata qur’an  bertalian erat dengan akar kata qara’a dalam penggunaan Al-Qur’an sendiri. Para sarjana barat memandang bahwa qur’an merupakan derivasi dari bahasa suryani (Siria) atau Ibrani: qeryana, qiryani (lectio, bacaan atau yang dibaca, yang digunakan dalam liturgy Kristen, hal ini kemungkinan pinjaman dari bahasa semit lainya karena terjadinya kontak yang dilakukan orang Arab dengan dunia luar. Kata kerja qara’a dan berbagai bentukanya muncul 17 kali dalam al-Qur’an (QS.16:98; 17:45,106; 7:204; 84:21) pembacaan Al-Qur’an oleh nabi Muhammad SAW, dan (QS.75:18; 87:6) Alloh membacakan wahyu kepadanya. Sementara dalam surat assy-Syu’ara(26) ayat 198-199, Al-Qur’an dibacakan kepada orang kafir Mekah. Jadi, dari hal yang telah disebutkan, bisa dilihat pertalian antara akar kata qara’a dan Al-Qur’an yang membuktikan bahwa kata Al-Qur’an memang diturunkan darinya. Kata qur’an, baik dengan atau tanpa kata kata sandang (al), muncul 70 kali didalam Al-Qur’an dengan pengertian yang beragam. Dalam surat al-Qiyamah ayat 17-18, kata ini digunakan untuk merujuk wahyu individual yang disampaikan satu persatu kepada nabi Muhammad SAW (QS. 10:15; 12:3; 72:1), atau sebagai sesuatu yang disampaikan suatu istilah umum untuk wahyu ilahi yang diturunkan bagian demi bagian (QS.17:106; 20:2; 76:23; 25:32).
                  Sementara dalam konteks lain, al- Qur’an terkadang tanpa (al) disebut sebagai versi berbahasa Arab dari al-kitab yang ada di Lauh Mahfudz (QS. 43:2-4; 12:1; 41:2; 56:77-80; 85:21). Kata ini juga merujuk kepada sekumpulan wahyu ilahi yang diperintahkan untuk dibaca (QS.27:92; 16:98; 17:45; 7:204; 84:21; 73:20). Tetapi penggunaan kata al-qur’an yang paling dekat  dengan yang dipahami dewasa ini yakni sebagai kitab suci kaum muslim terdapat dalam surat at-Taubah(9) ayat 11. Al-Qur’an juga lazim disebut al-Kitab, yang secara harfiah berarti “tulisan” dari akar kata kataba berarti “menulis”. Kata ini muncul dalam al-Qur’an sebanyak 255 kali dalam bentuk tunggal dan 6 kali dalam bentuk jamak (kutub). Penggunaan kata kitab yang sering disebutkan kaitannya dengan wahyu Alloh kepada para nabi sebelum nabi Muhammad SAW (QS.2:213; 3;81) juga kepada keturunan nabi Nuh dan Ibrahim (QS.57:26; 4:54; 6:84-89; 29: 27), Bani Israil (QS. 40:53; 45:16), Musa (QS.2:53,87; 6:154; 11:110; 41:45, 17:2; 23:49; 25:35; 37:117; 28:43; 32:23), Yahya (QS.19:12), dan Isa (QS.3:48; 5:110). Sementara kepada N.Muhammad SAW juga diturunkan kitab yang mengkonfirmasi kitab wahyu sebelumnya (QS.3:43; 2:89; 3:7; 4:105; 5:48; 6:92; 16:64; 46:12, 30). Menurut abu al-Ma’ali Uzaizi bin Abdul Malik (w.1085), pakar ilmu Al-Quran terkenal dengan Imam al-Haramain terdapat 55 nama yang lazim digunakan untuk merujuk Al-Qur’an. Salah satunya adalah al-furqan berasal dari kata kerja faraqa artinya “diskriminasi, memisahkan, membedakan” dan suatu makna teologis yakni “pembeda antara yang hak dan batil”. Namun ditemukan kata furqan yang berkaitan dengan sesuatu yang diturunkan Alloh kepada nabi Muhammad SAW(QS.8:29,41; 2:185; 3:3; 25:1), kata furqan tersebut bermakna “pertolongan” tentang kisah perang Badar juga pada kisah N. Musa dan bani Israil (QS. 2:53; 21:48). 
                  Dari pengertian diatas maka Al-Qur'an berhubungan dengan masalah wahyu. Wahyu yang diterima Nabi SAW bersumber dari Alloh SWT. Sebagaimana dengan wahyu yang diterima nabi sebelum N. Muhammad SAW terpancar dari Lauh Mahfudz (QS.85:22) disebut juga “kitab yang tersembunyi” (kitab maknun, QS. 56:78) atau “induk segala kitab” (umm al-kitab, QS.13:39; 43:4). Dari esensi kitab primordial inilah jibril datang dan menyampaikan wahyu ilahi kepada Nabi SAW.  Kata wahyu secara harfiah “bisikan sekilas” beserta kata bentukan lain darinya merupakan kata yang penggunaanya paling banyak ditemui dalam Al-Qur’an yang menjadi istilah teknis terminology islam, khususnya untuk merujuk komunikasi pesan ilahi kepada para nabi. Namun penggunaan kata wahyu dan kata bentukanya tidak hanya bagi N. Muhammad SAW saja tetapi juga para nabi sebelumnya (QS. 12:109; 16:43; 21:7,25; 23:27; 11:36-37; 7:160; 20:13,77; 26:52,63; 12:15) dan juga digunakan untuk melukiskan komunikasi yang dijalin antara sesama manusia atau antara Tuhan dan makhluk-Nya (QS.19:11; 6:112, 121; 8:12; 28:7; 16:68; 99:1-5). Kebanyakan pesan yang dikomunikasikan berupa perintah terkadang berupa doktrin kepada para nabi (QS.21:108). Akan tetapi objek utamanya adalah N. Muhammad SAW. Dalam surah ar-Ra’d(13) ayat 30 disebutkan bahwa ia diutus untuk membacakan apa yang “diwahyukan” kepadanya, dan bahwa petunjuk yang diperolehnya disebabkan oleh apa yang “diwahyukan “ kepadanya (QS. 34:50), untuk memberi peringatan dan kabar gembira (QS.10:2). Kandung wahyu yang diterima dilukiskan dengan berbagai cara misalnya kisah-kisah, mengikuti agama N. Ibrahim AS (QS.16:123), Jin yang mendengar pembacaan Al-Qur’an (QS.72:1), perbantahan malaikat pada waktu pencipataan manusia (QS.38:69), Al-Qur’an diturunkan membawa kebenaran (QS.5:48), yang mengkonfirmasiakan kitab sebelumnya dan penentu atasnya (QS.6:92; 2:97; 35:31; 46:30; 10:37; 12:111), disebut juga sebagai ‘ilm (QS.3:61), hikmah (QS.17:39), huda (QS.45:11), syifa (QS.41:44), nur (QS.4:174) dan sebagainya. Sementara tujuan pewahyuan Al-Qur’an disebut dalam surah al-An’aam(6) ayat 19. Gambaran yang paling lengkap mengenai mekanisme wahyu terdapat dalam surah asy-Syu’ara(42) ayat 51-52. Tentang model wahyu pertama, terdapat suatu consensus doctorum (kesepakatan para ahli) bahwa yang dimaksud dengan wahy disini sinonim dengan ilham (inspirasi), atau “impian yang benar” (ar-ru’yah shadiqah). Penafsiran ini dalam Al-Qur’an tentang kisah penyembelihan Ismail putra N. Ibrahim AS (QS.37:100-111). Model wahyu kedua biasanya ditafsirkan sebagai kalam ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara, seperti dialami N. Musa AS (QS.4:164; 7143-144; 28:30; 2:253). Model wahyu ketiga lewat perantara utusan spiritual, ditafsirkan penyampaian wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril atau Roh kudus seperti dialami N. Muhammad SAW (QS.42:52). Malaikat jibril merupakan agen wahyu atau utusan spiritual yang menyampaikan wahyu ilahi (QS.2:97; 16:102; 26:192-194; 17:86). Penyebutan malaikat Jibril dalam Al-Qur’an Ruh (QS.2:87;4:171;5:110; 16:2; 17:85; 26:193; 40:15; 70:4; 78:38), malaikah (QS.3:39,42; 19:17), rasul karim/utusan mulia (QS.81:19; 69:40), syadid al-quwa/sangat kuat (QS.53:5; 81:20), dzu mirrah/sangat cerdas (QS.53:6) dan lainya. Setelah menyempurnakan bentuk jasmani Adam Alloh memasukkan Roh-Nya (QS.15:29;32:9; 38:72), Nabi diberkahi Roh Tuhan yang menyampaikan wahyu kepada mereka (QS.40:15), Maryam ibu N. Isa AS ditiupkan Roh Tuhan kedalam tubuhnya sehingga dia hamil (QS.21:91; 66:12), dan Isa sendiri dinyatakan telah diperkuat dengan “Roh Kudus” (QS.2:87,253; 5:110)

Al-Qur’an bacaan mulia, al-Waqi’ah:77
77.  Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia,


Al-Qur’an dimudahkan Alloh, ad-Dukhan:58, al-Qamar:17, 22, 32
8.  Sesungguhnya kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

17.  Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?

22.  Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?
32.  Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?


Al-Qur’an membenarkan kitab sebelumnya, Ali Imran:3, al-Maidah:48, al-An’am:92, Yunus:37
3.  Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan Sebenarnya; membenarkan Kitab yang Telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,

48.  Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu,

92.  Dan Ini (Al Quran) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya[492] dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.

37.  Tidaklah mungkin Al Quran Ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang Telah ditetapkannya[691], tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.


Tidak ada komentar: